Selasa, 12 Mei 2009

Pesan Dari Bapak Untuk Srikandi

Termangu ku di tepian samudera
Dibelai kehangatan alun ombak
Tak ada lagi tempat bertanya
Sesirnanya sang naga surya

Srikandi anakku Cah Ayu...
Jangan berangkat sebelum tahu tujuanmu
Jangan menyuap sebelum mencicipnya
Tahu hanya berawal dari bertanya
Bisa hanya berpangkal dari meniru
Aku semakin bingung....
Hanya tampak samudera luas tak bertepi dan alam tak berbatas
Tak tahu mana utara selatan atas bawah depan belakang

Sabar Srikandi anakku Cah Ayu.....
Janganlah mudah cemas
Yakinilah bahwa di setiap kebimbangan
Senantiasa akan ada pertolongan Gusti Allah

Dalam seketika aku menemukan kiblat dan melihat surya
Awalnya terlihat cahaya terang memancar disusul cahaya hitam, merah, kuning, putih.

Ketahuilah Srikandi Cah Ayu ....
Cahaya terang itu adalah pancamaya ...penerang hati,
Penunjuk ke kesejatian, pembawa diri ke segala sifat lebih
Cahaya empat warna, itulah warna hati
Hitam merah kuning adalah penghalang cipta yang kekal,
Hitam melambangkan nafsu amarah,Merah nafsu angkara, Kuning nafsu memiliki
Hanya si putih-lah yang bisa membawamu ke budi jatmika dan sanggup menerima sasmita alam,
Adalah anugrah bila si putih bisa kau menangkan
Di saat itulah dirimu mampu menembus segala batas alam tanpa belajar

Setelah lenyap empat cahaya, muncullah nyala delapan warna,
Ada yang bagai ratna bercahaya, Ada yang maya-maya, Ada yang menyala berkobar

Itulah kesejatian yang tunggal... anakku Srikandi
Dari sanalah asal kiblat dan empat warna hitam merah kuning putih
Seusai kehidupan di alam ini semuanya akan berkumpul menjadi satu,
Tanpa terbedakan lelaki perempuan tua muda besar kecil kaya miskin,
Akan tampak bagai lebah muda kuning gading
Kini tampak putaran berwarna gading, bercahaya memancar.
Warna sejatikah yang hamba saksikan itu?

Berusahalah segera mampu membedakannya Srikandi...
Zat sejati yang kamu cari itu tak tak berbentuk tak terlihat,
Tak bertempat-pasti namun bisa dirasa keberadaannya di sepenuh jagad ini.
Sedang putaran berwarna gading itu adalah pramana
Yang juga tinggal di dalam raga namun bagaikan tumbuhan simbar di pepohonan
Ia tidak ikut merasakan lapar kenyang haus lelah ngantuk
Ialah yang menikmati hidup sejati dihidupi oleh sukma sejati,
Ialah yang merawat raga
Tanpanya raga akan terpuruk menunjukkan kematian
Di saat itulah sang suksma akan menghampirimu,
Dan batinmu akan berada di dalam sang suksma sejati

Janganlah perlakukan pengetahuan ini seperti asap dengan api,
Bagai air dengan ombak, atau minyak dengan susu
Perbuatlah, jangan hanya mempercakapkannya belaka
Jalankanlah sepenuh hati setelah memahami segala makna
Jangan pernah punya sesembahan lain selain sang maha luhur

Pakailah senantiasa keempat pengetahuan ini
Pengetahuan kelima adalah pengetahuan antara,
Yaitu mati di dalam hidup, hidup di dalam mati
Hidup yang kekal, semuanya sudah berlalu
Tak perlu lagi segala aji kawijayan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar